Kamis, 13 November 2008

ngeri penyakit rokok

Awas.....Penyakit Kaum Perokok!

rokok penyebab kanker paru-paru
rokok penyebab kanker paru-paru
Peringatan "Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi dan Gangguan Kehamilan dan Janin" di setiap bungkus rokok rupanya belum cukup mewakili penyakit-penyakit yang mengancam para perokok.

Penelitian terakhir oleh United State Surgeon General, Amerika Serikat, menunjukkan ada 10 tipe kanker yang disebabkan oleh rokok. Mereka juga menemukan bahwa pria perokok akan meninggal 13,2 tahun lebih muda dibandingkan yang bukan perokok. Sedangkan wanita perokok meninggal 14,5 tahun lebih muda.

Berikut ini daftar penyakit yang mengancam para perokok :

* Otak: rokok menjadi penyebab utama stroke.

* Mata: perokok berisiko tiga kali lebih tinggi menderita katarak yang menyebabkan kebutaan.

* Mulut, tenggorokan, pita suara, dan esofagus: mengakibatkan kanker mulut, tenggorokan, pita suara, dan esofagus. Juga penyakit gusi, pilek, dan kerongkongan kering.

* Gigi: perokok berisiko 10 kali lebih tinggi menderita periodontitis (gusi terbakar yang mengarah ke infeksi) yang akan merusak jaringan halus dan tulang.

* Paru-paru: wanita perokok 13 kali lebih besar kemungkinan terkena kanker paru-paru, sedangkan pria 23 kali lebih besar. Akibat lainnya yaitu pneumonia, bronkitis, asma, batuk kronis, dan bengek.

* Jantung: gagal jantung, serangan jantung, hipertensi, stroke.

* Perut: kanker perut dan kanker lambung.

* Ginjal: kanker ginjal.

* Pankreas: kanker pankreas fatal.

* Kantung kemih: kanker kantung kemih.

* Leher rahim: kanker leher rahim.

* Kehamilan: kemandulan, bayi lahir prematur, bobot kurang, gangguan pernapasan.

* Tulang: tulang rapuh.

* Darah: leukemia atau kanker darah.

Bagaimana, masih ingin terus merokok ? (lily)

Penyakit-penyakit karena rokok
Penyakit-penyakit karena rokok

Sabtu, 01 November 2008

Muhammadiyah


Muhammadiyahh

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.

Dalam pembentukannya, Muhammadiayah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Sejarah Muhammadiyah di Indonesia

Berdasarkan situs resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah.

Terdapat pula organisasi khusus wanita bernama Aisyiyah.[1]

[sunting] Daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia

mu'allimin adalah sekolah ku

mu'allimin (sekolah kader)

Muallimin merupakan nama pendek dari Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Sekolah ini juga sering disebut secara pendek m3in (baca: Emgain) oleh para alumninya. Ia terletak di jantung kota Yogyakarta dan termasuk sebagai salah satu sekolah yang memiliki sejarah yang cukup panjang khususnya berkaitan dengan pendirian dan perkembangan organisasi Muhammadiyah di Indonesia.

Muallimin bukanlah sekolah Muhammadiyah biasa. Ia memiliki predikat sebagai Sekolah Kader Muhammadiyah, di mana banyak alumninya mengabdikan dirinya dalam perjuangan organisasi ini, baik dari tingkat Ranting hingga tingkat Pimpinan Pusat.

Daftar isi


Sejarah Berdirinya Muallimin

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1918 dengan nama “Qismul Arqa” di Kampung Kauman Yogyakarta (Alfian, 1989). Sepanjang sejarahnya, Madrasah al-Qismu al-Arqo mengalami beberapa kali perubahan nama. Secara kronologis, perubahan nama ini dimulai dari Madrasah al-Qismu al-Arqo kemudian Hogere Muhammadijah School, kemudian Kweekschool Islam dan menjadi Kweekschool Muhammadijah.

Nama Kweekschool muncul dalam pikiran KH Ahmad Dahlan setelah kunjungannya dari Kweekschool Katholik di Muntilan (Sejarah Muhammadiyah, tt). Pada mulanya sekolah ini bertempat di Kauman. Kemudian pindah ke Ketanggungan Wirobrajan (sekarang Jl. Letjend. S. Parman 68). Pada tahun 1952, Comite Ara-ara melaporkan telah berhasil mendirikan bangunan permanen sekolah meliputi ruang kelas, masjid, rumah direktur dan sebagainya (Soeara Muhammadijah, 1952).

Perubahan nama menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadijah terjadi pada tahun 1941 berdasar hasil kongres Muhammadyah ke-23 19-25 Juli 1934 di Yogyakarta (Soeara Muhammadijah, 1941). Nama Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dipergunakan hingga sekarang. Perubahan nama ini bermula dari kritik para warga Muhammadiyah, mengapa harus memakai nama sekolah Belanda; Kweekschool, padahal ijazahnya dan kurikulumnya jelas berbeda.

Pada mulanya, sekolah ini didirikan dengan tujuan untuk mencetak muballigh, guru, dan pemimpin Muhammadiyah. Awalnya sekolah ini lebih mirip sebagai pesantren dengan mengadopsi sistem dan metode pendidikan modern. Namun setelah berubah menjadi Hogere Muhammadijah School, kurikulumnya ditambah dengan pelajaran ilmu sekuler/umum.

Materi kurikulum sekolah yang meliputi ilmu agama dan ilmu sekuler/umum menjadi satu wujud cita-cita dan eksperimen KH Ahmad Dahlan untuk mendamaikan dua kutub ilmu tersebut dalam sistem pendidikan Muhammadiyah. Versi lain menyebutkan bahwa latar belakang pendirian al-Qismu al-Arqo sangat sederhana. Sekolah ini didirikan menjawab tuntutan para alumnus Sekolah Rakyat (sekolah ongko loro) Muhammadiyah yang tidak bisa melanjutkan ke sekolah guru milik gubernemen. Informasi ini diperkuat oleh artikel dalam Soeara Muhammadijah terbitan Januari 1922 yang menyebutkan al-Qismu al-Arqo sebagai sekolah kelanjutan sekolah kelas dua (ongko loro). Muhammadiyah beberapa kali mengajukan permohonan persamaan ijazah dengan rekomendasi Boedi Oetomo, namun tidak juga diterima. Akhirnya KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1918 mendirikan Madrasah al-Qismu al-Arqo sehingga para alumnus sekolah rakyatnya bisa melanjutkan sekolah. Di samping itu, mereka juga dapat membantu mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang lain.

Menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah

Tamatan-tamatan Kweekschool Islam/Muhammadijah ini kemudian menyebar, mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah terutama di Jawa. Tidak ada dokumen yang menyebutkan spesialisasi ilmu yang mereka ajarkan. Keterbatasan sumber daya manusia mengakibatkan tidak adanya spesialisasi keilmuan para guru di lembaga-lembaga pendidikan Islam masa itu (Boland, 1982). Tamatan-tamatan Kweekschool Muhammadijah ini mengajar semua mata pelajaran yang ada, baik ilmu agama seperti Tafsir, Hadits, Fiqih maupun ilmu umum/sekuler seperti ilmu bumi, ilmu hayat, falak/hisab dan lain sebagainya. Namun warna pesantren masih terlihat lebih kental dengan porsi pendidikan keagamaan yang lebih banyak.

Peran para alumnus ini ternyata tidak hanya mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang baru berdiri. Mereka ternyata juga aktif dalam dakwah Islam dan pengembangan masyarakat khususnya dalam cabang-cabang Muhammadiyah. Kiprah mereka dalam perkembangan awal Muhammadiyah menempatkan Muallimin menjadi pusat pendidikan generasi mudanya. Dapat disimpulkan, bahwa sebenarnya predikat Sekolah Kader Muhammadiyah pada diri Mu’allimin tidak bersangkut paut dengan cikal bakal pendiriannya. al-Qismu al-Arqo didirikan sebagai sekolah calon guru dan muballigh Muhammadiyah (Sejarah Muhammadiyah, tt). Konsep Kader Muhammadiyah tidak tampak dalam al-Qismu al-Arqo. Orientasi al-Qismu al-Arqo jelas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan guru dan muballigh Muhammadiyah dari cabang-cabang Muhammadiyah di Hindia-Belanda.

Predikat Sekolah Kader Muhammadiyah ini kemungkinan baru muncul setelah para alumnusnya mampu mewarnai corak pergerakan Muhammadiyah baik di Yogyakarta maupun di cabang-cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta. Pengakuan ini ditandai dengan salah satu keputusan Kongres Muhammadiyah ke-28 di Medan yang mengamanatkan kepada Hoofdbestur Muhammadijah untuk mengelola secara resmi madrasah ini (Sejarah Muhammadiyah, tt). Amanat kongres ini menempatkan Mu’allimin dalam posisi penting dan strategis dalam sistem pengkaderan Muhammadiyah.


Madrasah Muallimin Muhammadiyah kemudian berkembang dan berdiri di daerah-daerah lain di Indonesia, seperti: Solo, Ponorogo, Pekalongan, Bogor, Bandung, Watukebo (Jember), dan sebagainya.

Muallimin sekarang

Kemudian pada tahun 1987, di bawah kepemimpinan Drs. H. Sri Satoto, dilakukanlah resistematisasi kurikulum. Tujuannya agar proses pendidikan dan pengajaran dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. Sehubungan dengan itu, pengembangan Mu’allimin dilajutkan lagi dengan kebijakan untuk merekayasa suatu paket terpadu yang menyangkut materi bidang studi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dengan teknik kurikulum silang (crossing curriculum), yakni memadukan materi GBPP Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Departemen Agama Republik Indonesia dengan materi Mu’allimin yang merujuk kepada referensi “kitab kuning”. Proses terakhir inilah yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Tentu saja, dalam rangka memperoleh hasil yang sempurna, evaluasi dan revisi (perbaikan) terus menerus dilakukan terhadap materi bidang studi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

Ketika Muallimin membuka jurusan Keagamaan dalam program pendidikan Aliyah pada tahun pendidikan 1996/1997, antara lain untuk mengimbangi program MAN PK (Pendidikan Keagamaan) yang digagas dan dicanangkan oleh Menteri Agama RI waktu itu, Prof. Drs. H. Munawir Sjadzali, M.A., maka Muallimin pun mempertegas orientasi program pendidikannya dengan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswanya untuk melanjutkan studi ke berbagai Perguruan Tinggi Agama dan Umum, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Program pendidikan yang dimaksud terbagi dua, yaitu pertama, Madrasah Aliyah Umum (MAU) jurusan IPA dan IPS, serta kedua, Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK).

Direktur-direktur Muallimin

  • KH Ahmad Dahlan
  • KH Siradj Dahlan (I)
  • KH R. Hadjid
  • KH Siradj Dahlan (II)
  • KH Mas Mansyur (Direktur Kehormatan)
  • KH A. Kahar Muzakkir
  • KH Aslam Zainuddin
  • KH Djazari Hisyam
  • H. Mhd. Mawardi (I)
  • H. Amin Syahri
  • H. Mhd. Mawardi (II)
  • H. MS Ibnu Juraimy
  • Drs. H. Sri Satoto
  • Drs. H. Hamdan Hambali
  • Drs. H. Zamzury Umar, M.Pd
  • Muhammad Ikhwan Ahada, S.Ag